Penghuni Neraka definitif


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Bahasan kali ini adalah tentang bagian dari Ahwalu Ahlin Naar (Keadaan Penghuni Neraka). Setelah beberapa hari lalu kita bahas tentang Neraka dan keadaannya, panasnya serta dalamnya seperti apa, daya tampungnya seberapa, dll, maka sekarang kita masuk kepada pembahasan tentang orang-orang yang akan menjadi penghuni dan penduduk Neraka. Dan itu sangat banyak, tetapi kita akan membahas apa yang bisa kita jangkau, dengan harapan mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى menghindarkan kita dari ancaman-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Penghuni Neraka Yang Definitif.
Sengaja
judul bahasan ini demikian, agar jangan ada orang yang ragu tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam api neraka. Sebagaimana kita yakini sebagai umat Ahlussunnah wal Jama’ah, bahwa dilarang men-cap atau menggolongkan seseorang sebagai Ahlun Naar kecuali dengan dalil. Maka sebaliknya, kalau sudah ada dalil di hadapan kita tentang orang-orang tertentu yang akan menjadi calon penghuni neraka, maka kitapun harus yakin bahwa mereka adalahAhlun Naar (Penghuni Neraka).
Penghuni neraka adalah banyak. Tetapi yang definitif, yang dijelaskan oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahkan sampai nama adalah definitf sesuai apa yang kita bahas kali ini. Insyaa Allooh.
Disebut definif karena memang didefinisi-kan, ditentukan, dita’yin oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya. Maka pelajaran bagi kita bahwa apabila oleh Allooh dan Rosuul-Nya ditentukan bahwa penghuni neraka adalah si Fulan dan Fulan, maka kita tidak boleh ragu bahwa mereka adalah Ahlunnaar.
Tetapi bila tidak ditentukan dalam Al Qur’an atau Hadits bahwa seseorang itu calon Ahlunnaar, kita tidak boleh memastikan (mengatakan) bahwa seseorang itu Ahlun Naar.
Dalam keseharian kita sering salah (salah kaprah), misalnya kita sering mengatakan:  “Telah berpulang ke Rahmatullooh” untuk orang yang meninggal. Sebenarnya, kalau kalimat itu bermakna do’a, maka boleh diucapkan demikian. Tetapi bila diartikan bahwa orang itu yakin mendapat rahmat dari Allooh سبحانه وتعالى, maka kita tidak bisa meyakini bahwa orang itu pastimendapat rahmat Allooh سبحانه وتعالى. Kita hanya bisa berharap karena kita tidak tahu, apakah ia mendapat Rahmat Allooh atau tidak. Apalagi kalau yang meninggal itu dalam keadaan Su’ul Khootimah. Apalagi kalau orang yang meninggal itu dalam keadaan memusuhi Allooh, atau berhak untuk mendapat kutukan Allooh سبحانه وتعالى.
Misalnya dalam Hadits, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ.
“Allooh mengutuk riba,orang yang memakan riba,orang yang memberi makan dari hasil riba. Allooh mengutuk orang melakukan tulis-menulis dalam urusan riba dan Allooh mengutuk orang yang menjadi saksi riba” (Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud dari ‘Abdullooh bin Mas’uud  رضي الله عنه)
Artinya, mereka yang bergerak dibidang riba adalah terkutuk.  Rela atau tidak, berat atau tidak, perasaannya tega atau tidak, menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mereka adalah terkutuk.
Misalnya lagi, dalam Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ.
Allooh mengutuk perempuan yang menyambung rambut atau perempuan yang meminta disambungkan rambutnya. Allooh mengutuk perempuan yang bertatto atau perempuan yang minta ditatto”. (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim dari ‘Abdullooh bin ‘Umar  رضي الله عنه )
Misalnya lagi dalam Hadits, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَلَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُصَوِّرِينَ
“Allooh mengutuk orang-orang yang menggambar (melukis)”. (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory dari Abu Juhaifah رضي الله عنه)
Misalnya lagi Hadits, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
Allooh mengutuk orang Yahudi dan Nasrani”. (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها)
Berarti mereka adalah orang-orang yang terkutuk sesuai dengan Hadits tersebut.
Misalnya lagi, dalam Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
لَعَنَ الْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ وَالْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ
Allooh mengutuk perempuan yang menyerupai laki-laki dan Allooh mengutuk laki-laki yang menyerupai perempuan”. (Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud dari Ibnu Abbaas رضي الله عنه)
Artinya, kalau mereka mati (dan sebelum matinya, tidak bertaubat), maka menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, mereka adalah terkutuk. Kita tidak tahu apakah mereka itu berhaq atas rahmat Allooh atau tidak.
Salah-kaprah lainnya, misalnya kata “Almarhum” (yang dirahmati, yang disayangi) untuk orang yang sudah meninggal, baik itu untuk orang muslim maupun orang kafir (Yahudi, Nashrani). Inilah kebodohan yang nyata dari kita. Kalau dikatakan “Almarhum” artinya orang tersebut sudah pasti disayangi, dirahmati olah Allooh سبحانه وتعالى.  Bagaimana mungkin kita tahu bahwa orang tersebut sudah pasti disayangi dan dirahmati Allooh سبحانه وتعالى?
Bagaimana mungkin kita tahu bahwa orang-orang tersebut sudah mendapat kasih-sayang dan rahmat Allooh سبحانه وتعالى? Darimana dalilnya?
Yang semestinya adalah mengatakan: “Rohimahumullooh”(mudah-mudahan dirahmati Allooh سبحانه وتعالى). Kalau berkata seperti itu betul, karena maknanya adalah sebagai suatu do’a.
Seperti kita mengatakan kepada saudara kita yang sedang sakit: “Syafaahullooh” (Semoga Allooh menyembuhkannya). Itu benar. Sebagaimana kita mengatakan “Rohimahumullooh” (Semoga Allooh menyayanginya).
Tetapi bila mengatakan “Almarhum” berarti itu sudah pasti, bahwa ia adalah orang yang pastidisayangi Allooh سبحانه وتعالى.  Dan itu salah. Siapa yang bisa memastikan?
Dan tidak ada dari dahulu sampai hari ini, dari kalangan orang yang mengerti dan ber-ilmu, tentang istilah “Almarhum” tersebut.
Sama saja dengan istilah “Halaal bi Halaal”. Dari mana istilah itu? Secara struktur bahasa saja sudah keliru.
Maka kajian ini hendaknya bermanfaat. Artinya, dari mulai perkara-perkara kecil (seperti istilah-istilah tersebut diatas), sampai perkara-perkara yang besar, kita harus sudah mengubah kebiasaan yang salah dari diri kita masing-masing. Kalau yang benar adalah kata (ucapan) “Rohimahumullooh” , maka ubahlah (gantilah) kata-kata “Almarhum” itu dengan “Rohimahumullooh”.
Maksud dari semua itu adalah: Orang yang apabila sudah dinyatakan atau ditentukan, bahwa si Fulan dan si Fulan adalah Ahlun Naar, jangan ragu lagi atas ketentuan tersebut, karena kita adalah Ahlussunnah wal Jama’ah yang meyakini kebenaran Al Qur’an dan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Seperti misalnya  orang yang ragu-ragu atas peng-kafiran orang kafir, itu adalah salah. Orang yang ragu mengkafirkan orang kafir adalah kafir.
Sebaliknya orang yang mengkafirkan orang yang belum jelas kekafirannya, ia kafir juga. Semua itu akan teratasi dengan Ilmu.
Seperti misalnya, dalam Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Tidak ingin aku dengar dari seorangpun dari umat ini, ia Yahudi atau ia Nasrani, kemudian ketika ia mati tidak beriman kepada apa yang aku bawakan (Islam), orang itu adalah menjadi penghuni neraka”. (Hadits Riwayat Imaam Muslim dr Abu Hurairoh رضي الله عنه)
Maka jangan ragu bahwa Yahudi dan Nashrani yang ada sekarang mereka adalah para calon penghuni neraka. Jangan ragu lagi, harus yakin. Karena kalau ragu berarti meragukan Hadits Rosuul. Bahwa Yahudi dan Nashoro yang sekarang masih hidup itu, menurut Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم (Haditsnya jelas shohiih karena diriwayatkan oleh  Imaam Muslim) bahwa mereka itu (Yahudi dan Nasrhani) bila mati dalam keadaan tidak muslim, maka mereka Ahlun Naar. Harus yakin itu.
Secara umum, menurut Firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Al Bayyinah ayat 6 :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya (selama-lamanya)Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Maksudnya, orang-orang kafir yaitu dari ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik akan masuk neraka Jahannam. Ada dua, yaitu Ahli Kitab dan kaum musyrikin. Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nashrani, mereka dahulunya beragama samawi menerima Kitab dari Allooh سبحانه وتعالى, tetapi kitab-kitab tersebut oleh mereka sudah mereka selewengkan, mereka palsukan. Sedang kaum musyrikin adalah agama bukan dari samawi, tetapi beragama watsani(berhala), maka disebut musyrikun, karena mereka menyembah berhala sejenis Latta, ‘Uzza,Manat, Hubal dll. Mereka adalah orang-orang musyrikin. Allooh سبحانه وتعالى menetapkan bahwa mereka adalah masuk neraka Jahannam,  kekal selama-lamanya di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk.
Misalnya orang-orang yang percaya kepada Nyi Roro Kidul, bahwa ia bisa memberikan rizqi,  bisa mendatangkan madhorot, bisa mendatangkan Tsunami, dll, maka orang-orang tersebut adalah syirik (orang-orang musyrikun).
Ada lagi orang-orang yang mendatangi kuburan Para Wali, meyakini bahwa arwah para Wali itu bisa berbuat sesuatu, lalu dimintai rolong, maka orang yang mendatangi kuburan dan berdo’a meminta-minta kepada arwah itu adalah syirik. Hati-hati, ini perkara Aqidah, tidak usah ada basa-basi. Tegas saja.
Itu yang umum (yang global), sedangkan yang didefinisikan atau penghuni neraka yang definitif menurut Allooh سبحانه وتعالى adalah :
1. Kuffar dan Musyrikun.
Maksudnya adalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, yang menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى, yang menyamakan, menyetarakan men-sejajarkan, menyepadankan, men-statuskan sesuatu dengan Allooh سبحانه وتعالى, maka ia adalah musyrik. Lihat Surat Aali Imroon ayat 151 :
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
Artinya:
Akan Kami masukkan rasa takut kedalam hati orang-orang kafir, disebabkan mereka mempersekutukan Allooh dengan sesuatu yang Allooh sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang yang dzolim.”
Artinya, bahwa syirik itu dihukumi sebagai kufur oleh Allooh سبحانه وتعالى. Tempat mereka (orang kafir dan musyrik) adalah di neraka. Dan neraka adalah seburuk-buruk tempat bagi orang yang dzolim.
Lihat Surat Al Ankabut ayat 68 :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
Artinya:
“Dan siapakah yang lebih dzolim dibanding orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allooh atau orang yang mendustakan yang haq (kebenaran) tatkala yang haq (kebenaran) itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?”
Berarti orang-orang kafir itu tempatnya di neraka Jahannam.
Lihat Surat Shaad ayat 55 dan 56 :
Ayat 55 :
هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ
Artinya:
Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka  benar-benar (disediakan)  tempat kembali yang buruk.”
Ayat 56 :
جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ
Artinya:
(Yaitu) Neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya, maka amat buruk-lah Jahannam itu sebagai tempat tinggal.”
Lihat Surat Huud ayat 119 :
إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya:
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allooh menciptakanmereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah tetap, ‘Sesungguhnya Aku (Allooh) akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya’.”
Sebagaimana jin dan manusia ketika hidup di dunia mereka harus beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, ketika mereka kafir, mereka akan diadzab oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Itulah dalil pertama, bahwa musyrikin dan kuffar semuanya masuk neraka. Dan tentu syiriknya adalah syirik Akbar. Demikian juga kufur, ada yang Kufur Akbar dan ada yang  disebut Kufur Asghor (kecil), yaitu yang disebut Faasiq (membangkang). Dan orang Faasiq diancam oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan hukuman. Sedangkan Syirik Asghor (kecil) misalnya Riya’. Dan Riya’ itu menyebabkan hilangnya pahala amal (perbuatan).
Apabila ada orang melakukan kekufuran, katakanlah bahwa itu sesuatu yang kufur, maka pelakunya disebut Kaafirun. Jika ada orang yang melakukan kesyirikan, maka yang melakukannya adalah Musyrik, perbuatannya disebut Syirik.
Tetapi dalam menjatuhkan hukum kepada orang per orang kita harus berhati-hati.  Misalnya, orang yang ragu terhadap kesempurnaan Al Qur’an adalah kafir. Siapa orang itu, disini kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita menyebutkan bahwa si Fulan itu kaafir atau musyrik, kecuali telah memenuhi syarat seperti disebutkan dalilnya seperti diatas. Tetapi kaidahnya demikian, harus berani mengatakan: “Siapa yang ragu terhadap Al Qur’an, siapa yang mengatakan bahwa Al Qur’an saat ini sudah tidak relevan, maka mereka adalah Kaafir.
2.  Fir’aun.
Maksudnya adalah Fir’aun yang hidup di zaman Nabi Musa عليه السلام. Karena Fir’aun yang dikenalkan ke dunia sebetulnya adalah Raja Mesir yang bernama Ramses III. Sedangkan kata “Fir’aun” adalah julukan bagi raja-raja di Mesir pada saat itu, yang tentunya berganti-ganti. Kalau  jaman sekarang adalah semacam sebutan “Presiden”.
Jadi yang dimaksud Fir’aun dalam hal ini adalah Fir’aun di zaman Nabi Musa عليه السلام, yang menentang Nabi Musa عليه السلام. Karena pernah di zaman Nabi Yusuf عليه السلام, Fir’aun di Mesir saat itu masuk Islam. Karena mendapat dakwah dari Nabi Yusuf عليه السلام, kemudian Fir’aun (kepala negara) Mesir ketika itu masuk Islam. Sedangkan Fir’aun ketika zaman Nabi Musa عليه السلام adalah kaafir.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam Surat Huud ayat 97 – 98 :
Ayat 97 :
إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاتَّبَعُواْ أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ
Artinya:
“Kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar.”
Ayat 98 :
يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ
Artinya:
“Dan Fir’aun berjalan di muka kaumnya di hari Kiamat lalu membawa mereka masuk ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang dimasuki.”
Ada yang mengatakan bahwa Fir’aun itu pada akhirnya beriman, yaitu ketika ia hampir mati tenggelam dan nyawanya sudah di tenggorokannya, ia lalu menyatakan beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Tetapi ingat, sesuai dengan firman Allooh سبحانه وتعالى dan sesuai pula dengan Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, bahwa taubatnya manusia itu tetap terbuka, kecuali pada dua perkara:  Satu, yaitu ketika matahari sudah terbit dari sebelah barat (berarti Kiamat sudah tiba), kedua, ketika nyawa sudah berada di tenggorokan.
Fir’aun beriman (menyatakan beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى) ketika nyawanya sudah sampai di tenggorokannya. Maka pernyataannya yang demikian itu tidak diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Dan bila ada orang (paham Islam Liberal) yang tidak memahami Al Qur’an dengan benar dan tidak meyakini Al Qur’an dan Sunnah, lalu mengatakan bahwa Fir’aun tidak kaafir, ketahui lah bahwa itu pernyataan yang tidak benar. Jangan sampai virus paham Liberal itu memasuki diri kita, karena itu adalah kufur, sesuai penjelasan para ‘Ulama bahwa Fir’aun tidak diterima Allooh سبحانه وتعالى, karena ia menyatakan beriman ketika nyawanya sudah sampai ditenggorokannya.
3.  Isteri Nabi Nuh dan isteri nabi Luth.
Nabi Nuh dan Nabi Luth عليه السلام, keduanya adalah Nabi dan Rosuul, tetapi isteri mereka kaafir, mereka adalah Ahlun Naar.
Lihat Surat At Tahrim ayat 10 :
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَاِمْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئاً وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
Artinya:
Allooh membuat perempuan Nuh dan perempuan Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kaafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shoolih di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua perempuan itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allooh; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke neraka bersama-sama orang yang masuk (neraka)”.”
Maksudnya, meskipun suami mereka adalah Nabi, yaitu Nabi Nuh عليه السلام dan Nabi Luth عليه السلام, mereka tidak bisa menolong isteri-siterinya itu di akhirat karena isteri-isteri mereka adalah kaafir. Jangankan di akhirat, sedang masih di dunia saja mereka sudah terputus haq-nya. Apabila salah seorang dari suami-isteri kafir, maka mereka tidak berhaq mewarisi satu sama lain.
Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kaafir dan orang kaafir juga tidak mewarisi dari orang muslim. Maka menurut hukum Islam, putuslah dalam perkara warisan apabila salah satunya kaafir. Selanjutnya yang kaafir ketika meninggal tidak berhaq untuk disholatkan dan dikuburkan secara Islam. Bahkan seharusnya ia cerai.
Maka jangan sampai isteri kita masuk ke dalam neraka, sebagaimana kita tidak boleh masuk neraka, jangan pula anak dan isteri kita masuk neraka. Karena Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS At Tahriim ayat 6)
4.  Abu Lahab.
Berdasarkana dalil, Abu Lahab pasti masuk neraka. Dalilnya adalah Surat Al Lahab :
Ayat 1 :
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
Artinya:
Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar celakalah Abu lahab.”
Ayat 2 :
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Artinya:
Tidak ada gunanya baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
Ayat 3 :
سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ
Artinya:
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Ayat 4 :
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Artinya:
Dan (begitu pula) isterinya yang pembawa kayu bakar.”
Ayat 5 :
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
Artinya:
Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
5.  ‘Amr bin Amir Al Khuzaa’i.
Orang ini adalah perintis ke-syirikan di Jazirah Arab. Inilah bahayanya. Hendaknya kita jangan menjadi perintis keburukan. Seperti yang terjadi dalam masyarakat kita baru-baru ini, adaIstighotsah. Baru-baru ini telah dirintis Istighotsah Qubro, Istighotsah Sughro,  Istighotsah Ujian Sekolah, maka perintis dari Istighotsah tersebut adalah perintis keburukan. Ia telah memasuki sesuatu bahaya. Ia akan mendapat Multi Level Dosa (MLD). Kalau tahun depan ada lagi Istighotsah, maka ia akan mendapatkan lagi dosanya. Kalau tahun berikutnya ada Istighotsah lagi, akan mendapatkan lagi dosanya. Semakin bertambah Down-line-nya maka semakin banyak lagi Up-line dosanya. Na’uudzubillaahi min dzaalik.
Dalam Hadits riwayat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim, dari Abu Huroiroh رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
Aku melihat Amr bin Amir Al Khuzaa’i yang memindahkan berhala-berhala dari beberapa tempat, dari Syam dipindahkan ke Ka’bah, termasuk yang ditemukan sepanjang perjalanannya, arca dan berhala, termasuk yang ditemukan antara Madinah dan Makkah dibawa dan dimasukkan ke dalam Ka’bah, lalu mengajak orang-orang dan akhirnya semua orang Arab menjadi musyrikun (penyembah berhala) yang berhalanya tidak kurang dari 360 buah”.
Itu yang ada dalam Ka’bah, belum lagi yang berada di rumah-rumah penduduk. Seperti halnya di rumah kita, banyak yang memajang patung (arca) dalam rumah-rumah kita sekarang, maka itu adalah mirip apa yang dialami oleh Yaasir, ayah dari Amar.
Amar bin Yaasir رضي الله عنه mengajak bertaubat ayahnya (Yaasir), karena mereka mempunyai Tuhan (berhala) masing-masing. Berhala yang dituhankan itu suatu saat jatuh dari tempatnya dan pecah berantakan. Maka Amar bin Yaasir رضي الله عنه berkata kepada ayahnya: “Apa iya Tuhan jatuh dari tempatnya hancur tidak bisa menolong dirinya sendiri? Kalau begitu, ia bukan Tuhan, wahai ayah”. Akhirnya mereka bertaubat dan masuk Islam.
Tidak sedikit dari kita kaum muslimin yang memasang-masang patung, arca dan sejenisnya. Mungkin maksudnya sebagai pajangan rumah, tetapi yang demikian itu dilarang. Misalnya patung kucing, patung anjing, patung harimau atau binatang lainnya.  Mungkin maksudnya itu sebagai seni, dan seni itu diperbolehkan asalkan tidak bersinggungan dengan Syari’at Islam apalagi Aqidah.
Hiasan patung dan arca seharusnya bersih dari rumah-rumah kaum muslimin, karena apabila salah seorang anggota keluarga dari rumah tersebut ada yang kesurupan, maka yang harus dibersihkan adalah patung dan arca yang ada di rumah itu. Termasuk gambar dan foto makhluk yang bernyawa.
Dalam Hadits selanjutnya Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ عَامِرِ بْنِ لُحَيٍّ الْخُزَاعِيَّ يَجُرُّ قُصْبَهُ فِي النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ
Orang itu (Amr bin Amir Al Khuzaa’i) menarik-narik apa yang ia sembah, dan ia dilihat dalam api neraka”. (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)
Berarti Amr bin Amir Al Khuzaa’i masuk neraka. Orang ini adalah orang yang pertama kali, menjadi perintis terjadinya kesyirikan di Jazirah Arab.
Dalam Hadits yang lain, dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Aku melihat orang yang membawa berhala bernama Abu Khuzaa’ah (maksudnya adalah Amr bin Amir Al Khuzaa’i), dan aku melihat dalam api neraka ia menarik-narik ususnya sendiri”.
6.  Pembunuh Amar bin Yaasir رضي الله عنه.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imaam Ahmad dan hadits tersebut dishohiihkan oleh Syaikh Nashirudin Al Albaany, dari Amru bin Al ‘Ash رضي الله عنه, berkata: Aku mendengar Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya orang yang membunuh dan orang yang menyalibnya (Amar bin Yaasir), orang-orang tersebut berada dalam api neraka”.
Itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam api neraka secara definitif. Disebutkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: si Fulan, si Fulan.
Penghuni Surga Sedikit.
Yang dimaksudkan kalimat tersebut, karena kita sedang membahas bab Neraka dan penghuninya,  maka maksudnya adalah penghuni neraka itu banyak. Bahwa penghuni surga itu sedikit, agar kita bersemangat, berusaha agar menjadi yang sedikit, yaitu masuk surga. Seperti halnya dido’akan oleh Abubakar As Siddiq رضي الله عنه, kata beliau: “Ya Allooh golongkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sedikit”. Maksudnya adalah golongan orang yang masuk surga, karena orang yang masuk surga itu sedikit jumlahnya.
Kebanyakan Manusia akan masuk ke dalam neraka.
Lihat dalam Surat Yusuf ayat 103 :
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Artinya:
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun engkau sangat meng-inginkannya.”
Maksudnya, orang yang beriman itu sedikit dan orang yang kaafir itu banyak.  Demikianlah Allooh سبحانه وتعالى memberitakan kepada kita.
Dalam Surat Saba’ ayat 20 :
وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقاً مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya (mengikuti iblis), kecuali sebagian orang-orang yang beriman.”
Di sini Allooh سبحانه وتعالى  memberitakan kepada kita bahwa orang yang beriman adalah sedikit. Jadi yang masuk surga sedikit, kebanyakan adalah kaafir, berarti yang masuk neraka adalah terbanyak. Maka berusahalah agar kita orang yang beriman, jangan menjadi pengikut iblis. Karena iblis memang men-targetkan agar semua manusia ini menjadi kaafir, kecuali orang-orang yang ikhlas kepada Allooh سبحانه وتعالى untuk ber-Tauhid.
Hadits dari Abu Sa’id Al Khudri رضي الله عنه (Hadits Qudsi), diriwayatkan oleh Imaam Al Bukhoory, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا آدَمُ فَيَقُولُ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِى يَدَيْكَ – قَالَ – يَقُولُ أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ.
قَالَ فَذَاكَ حِينَ يَشِيبُ الصَّغِيرُ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ». قَالَ فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّنَا ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ « أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا وَمِنْكُمْ رَجُلٌ ». قَالَ ثُمَّ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَطْمَعُ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ». فَحَمِدْنَا اللَّهَ وَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَطْمَعُ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ». فَحَمِدْنَا اللَّهَ وَكَبَّرْنَا ثُمَّ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَطْمَعُ أَنْ تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِنَّ مَثَلَكُمْ فِى الأُمَمِ كَمَثَلِ الشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِى جِلْدِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ أَوْ كَالرَّقْمَةِ فِى ذِرَاعِ الْحِمَارِ ».
Allooh berfirman: “Wahai Adam!” Adam berkata: “Labbaik ya Allooh, aku memenuhi panggilanmu dan seluruh kebajikan ada di tangan-Mu ya Allooh.” Allooh berfirman: “Keluarlahorang yang akan menjadi Ahlunnaar.” Adam bertanya: “Apa yang dimaksud dengan Ahlunnar, ya Allooh?” Allooh berfirman: “Setiap seribu orang maka yang satu masuk surga.Pada hari dimana setiap orang hamil akan langsung melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat semua manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk. Kenapa demikian, karena siksa Allooh sangat pedih”.
Para sahabat menjadi gelisah, kemudian bertanya: “Ya Rosuulullooh, siapakah di antara kita?Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Berilah kabar gembira bahwa mereka yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah dari kalangan Ya’juj wa Ma’juj.   Dan yang satu (yang masuk surga) adalah dari kalian. Demi yang jiwaku di dalam genggaman Allooh, aku sangat ingin agar kalian wahai para sahabat dan kalian umat Muhammad termasuk yang sepertiga dari seribu orang itu (menjadi Ahlul Jannah).” Lalu para sahabat berkata serentak: “Alhamdulillaah, Subhaanallooh, Alloohu Akbar”.  Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Demi yang jiwaku ditangan Allooh, sesungguhnya aku ingin sekali kalian menjadi setengahnya Ahlul Jannah. Kalian wahai umat Muhammad, jika dibandingkan dengan umat-umat yang lain (umat sebelum Muhammad), seperti halnya rambut putih pada anak kambing yang berbulu hitam.”
Artinya, itulah merupakan keutamaan umat Muhammad صلى الله عليه وسلم, artinya umat yang utama dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya.
Dalam Hadits lain, diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, Haditsnya hasaanun shohiih, dari Imron bin Husain رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda, yaitu ketika sebuah ayat Al Qur’an turun, Allooh سبحانه وتعالى berfirman:
“Wahai manusia,bertaqwalah kepada Allooh, sesungguhnya guncangan yang terjadi pada hari Kiamat adalah sangat dahsyat” — telah diturunkan ayat ini kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم,beliau dalam keadaan safar (tidak mukim), lalu beliau bertanya kepada para sahabat yang ikut safar ketika itu: “Wahai para sahabat, pada hari apa itu?” Para sahabat berkata: “Hanya Alloohdan Rosuul-Nya yang paling mengetahui”. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Yaitu hari dimana diantara seribu orang, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan masuk neraka dan yang satu masuk surga”.
Lalu kaum muslimin menjadi menangis. Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Istiqomahlah, tegarlah kalian, tidak satu kenabian kecuali sebelumnya didahului oleh masa jahiliyyah”. (Selanjutnya disabdakan seperti hadits diatas), lalu dikatakan bahwa sepertiga adalahAhlul Jannah, lalu dikatakan pula setengahnya adalah Ahlul Jannah.  Dan itu adalah keinginan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Dan menurut para ‘Ulama apa yang menjadi keinginan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم akan terwujud.
Berarti bahwa setengah Ahlul Jannah adalah umat Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Hadits diriwayatkan oleh Imaam Muslim, dari ‘Abdullah bin ‘Umar رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الاِسْتِغْفَارَ فَإِنِّى رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ». فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ.
قَالَ « تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِى لُبٍّ مِنْكُنَّ ». قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ قَالَ « أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَتَمْكُثُ اللَّيَالِىَ مَا تُصَلِّى وَتُفْطِرُ فِى رَمَضَانَ فَهَذَا نُقْصَانُ الدِّينِ
Wahai sekalian wanita, perbanyaklah bershodaqoh oleh  kalian, dan perbanyaklah ber-istighfar (mohon ampun kepada Allooh), karena sesungguhnya aku melihat kebanyakan dari kalian adalah penghuni neraka”.
Kemudian seorang wanita yang hadir bertanya:“Kenapa kebanyakan dari wanita Ahlun Naar?”.Sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: “Kalian ini memperbanyak kutukan (suka marah-marah),kebanyakan suka mengeluh, tidak menerima takdir, suka mengutuk, suka meratap, dan kufur nikmat terhadap kebajikan suami yang telah diberikan kepada mereka, itulah sebab kebanyakan wanita masuk ke dalam neraka. Aku melihat mereka adalah kurang akal dan kurang Dien-nya”.
Wanita itu bertanya lagi: “Ya Rosuulullooh, apa yang dimaksud kurang akal dan kurang Dien-nya?”. Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: “Bahwa saksi dua orang wanita sama dengan saksi satu orang laki-laki, itu pertanda bahwa wanita itu kurang akal. Dan ketika bulan Romadhon ada hari-hari dimana kalian tidak shoum (puasa), kalian bermalam-malam tidak sholat, karena haid” (Hadits Riwayat Imaam Muslim dari ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه)
Tetapi bila  diperhatikan secara umum, lihat ayat-ayat dibawah ini, yang menjadi sebab kenapa kebanyakan wanita masuk ke dalam neraka adalah :
Surat ‘Aali Imroon ayat 14 :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan,binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allooh-lah tempat kembali yang baik. (surga).
Manusia itu dihias untuk suka kepada syahwat. Mereka syahwatnya kuat. Syahwat akan terpenuhi dan akan selesai bila ada wanita, anak-anak, harta, sawah ladang, kendaraan yang mewah, semuanya itu merupakan kenikmatan dunia.
Padahal Allooh سبحانه وتعالى memiliki tempat kembali yang lebih baik yaitu Surga. Kebanyakan manusia tertipu, seolah bahwa kenikmatan hidup itu ada di dunia. Sementara janji Allooh tidak nampak. Kebanyakan manusia lupa diri, jika mendapatkan sesuatu kenikmatan dan kesehatan dll, maka ia meng-klaim bahwa itu adalah hasil jerih-payahnya, hasil usahanya sendiri. Ia tidak ingat bahwa semua itu adalah karunia dari Allooh سبحانه وتعالى. Itulah bagian dari kufur nikmat.
Syahwat telah menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Seperti dalam Hadits, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Yang disebut dengan neraka itu dikelilingi dengan syahwat (kesenangan) dan surga itu dikelilingi dengan sesuatu yang tidak menyenangkan”. (Hadits Riwayat Imaam Muslim dari Anas bin Maalik رضي الله عنه)
Maka bila anda sangat tertarik dan suka dengan segala kenikmatan, berhati-hatilah, karena semua itu adalah iming-iming untuk masuk ke dalam neraka. Na’uudzubillaahi min dzaalik!
Surat Az Zukhruf ayat 23 – 30 :
Ayat 23 :
وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ
Artinya:
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad) seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama  dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka’.”
Maksudnya, sebagian manusia itu adalah taqlid, hanya mengikuti ajaran nenek moyangnya saja. Mereka mengatakan: “Ini sudah turun-temurun dari nenek-moyang kita, tidak boleh kita mengubah-ubah, nanti bisa kuwalat,” dan seterusnya.
Pemahaman seperti itu adalah ciri khas masyarakat Jahiliyyah.
Sedangkan sebagai muslim tidak lah demikian. Muslimun tidak melihat orang yang dibelakang (sebelumnya), kecuali nenek-moyangnya itu shoolih dan tepat diatas Sunnah. Kalau sebelumnya adalah orang-orang Jahiliyyah, Musyrikun, Kaafirun, maka tidak boleh diikuti.
Ayat 24 :
قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُم بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدتُّمْ عَلَيْهِ آبَاءكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ كَافِرُونَ
Artinya:
(Rosuul itu) berkata: “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu  (agama) yang lebih (nyata, lurus) memberi petunjuk, daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?”. Mereka menjawab:“Sesungguhnya kami mengingkari (kafir)  kepada agama yang kamu  diutus untuk menyampaikannya”.
Maka hendaknya sebagai orang beriman, kita jangan suka menolak apa yang diperintahkan dari Allooh سبحانه وتعالى.  Jangan kaafir.
Ayat 25 :
فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya:
Maka Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
Ayat 26 :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاء مِّمَّا تَعْبُدُونَ
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:“Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab(ber-bebas diri) terhadap apa yang kamu sembah”.
Ayat  27 :
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
Artinya:
Tetapi (aku meneyembah) Tuhan  yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.
Ayat 28 :
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya:
“Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat Tauhid itu kalimat yang kekal kepada keturunannya  supaya mereka kembali kepada kalimat Tauhidnya itu.”
Ayat 29 :
بَلْ مَتَّعْتُ هَؤُلَاء وَآبَاءهُمْ حَتَّى جَاءهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُّبِينٌ
Artinya:
“Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka  kebenaran (Al Qur’an) dan seorang rosuul  yang memberi penjelasan.”
Ayat 30 :
وَلَمَّا جَاءهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ
Artinya:
“Dan tatkala kebenaran (Al Qur’an) itu datang kepada mereka, mereka berkata: “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya (kaafir)”.
Intinya, adalah seperti di awal ayat tersebut diatas, bahwa jika taqlid itu ada sampai hari ini dalam masyarakat kita, maka Allooh سبحانه وتعالى akan turunkan kepada mereka apa yang disebut dengan ‘Aaqibah (akibat buruk, maksudnya hukuman). Oleh karena itu adanya bencana dan berbagai musibah, karena mereka mempertahankan apa yang mereka temui dari nenek-moyang mereka, dan itu salah. Atau karena mereka mengikuti syahwat.
Penyebab itulah yang harus kita hindari, karena itu akan membuat kita masuk ke dalam api neraka. Sehingga kita bisa terhindar dari karakter-karakter mereka, antara lain: Kufur, mengikuti syahwat, taqlid, syirik, penentangan dan benci terhadap Islam.
Kesimpulan:
Yang kita pelajari kali ini adalah: Mereka masuk ke dalam neraka antara lain karena bukan semata-mata Allooh taqdirkan demikian, tetapi karena orang-orang musyrikuun sangat benci kepada kaum muslimiin. Orang-orang yang paling benci kepada kaum muslimiin setelah Yahudi adalah kaum musyrikun.Maka mereka dimasukkan oleh Allooh سبحانه وتعالى ke dalam neraka.
 
Sekian bahasan kali ini,  mudah-mudahan bermanfaat.

No comments:

Post a Comment